Minggu, 01 Mei 2016

Gotong Royong Dahulu dan Sekarang
Pada artikel kali ini saya akan membahas tentang gotong royong yang biasanya kita semua pernah mendengar kata-kata ini. Tahu tidak, apa arti gotong royong itu ? yaa biasanya kita akan membayangkan tentang sesuatu pekerjaan yang dilakukan bersama-sama dengan orang lain. Tapi secara bahasa Gotong itu artinya membawa barang (berat) bersama-sama oleh dua orang atau lebih. Jadi gotong royong adalah melakukan pekerjaan bersama-sama, saling menolong, bantu membantu, untuk kemudian menikmati hasil pekerjaan itu bersama-sama pula.




Pernah tidak kalian bergotong royong di sekitar lingkungan tepat tinggal ? kalau pernah selamat berarti anda orang Indonesia asli. Gotong-royong dapat dikatakan sebagai ciri dari bangsa Indonesia terutama mereka yang tinggal di pedesaan yang berlaku secara turun-temurun, sehingga membentuk perilaku social yang nyata kemudian membentuk tata nilai kehidupan sosial. Adanya nilai tersebut menyebabkan gotong-royong selalu terbina dalam kehidupan masyarakat sebagai suatu warisan budaya yang patut dilestarikan. Gotong-royong bukanlah pameo asing di negeri ini, sudah sejak dulu para leluhur kita menjadikan sebagai budaya bangsa. Wujudnya bisa dalam bentuk kerja bakti membangun sarana umum, membersihkan lingkungan, tolong menolong saat terjadi bencana alam. Biasanya bentuk pertolongan yang diberikan berupa makanan, uang, dan tenaga.
Menurut Bintarto (1980 : 24) ia mengemukakan dalam sistem budaya orang Indonesia mengandung empat konsep, yaitu ;
1.      Manusia itu tidak sendiri di dunia ini tetapi dilingkungi oleh komunitinya, masyarakat dan alam semesta sekitarnya. Di dalam makrokosmos tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai unsur kecil saja, yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang maha besar itu.
2.      Dengan demikian, manusia pada hakekatnya tergantung dalam segala aspek kehidupannya kepada sesamanya.
3.      Karena itu,  ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa.
4.      Selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong oleh jiwa tinggi sama rendah.
“Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua”. Demikianlah sepenggal ungkapan pidato Presiden Soekarno untuk menjadikan gotong royong sebagai landasan semangat membangun bangsa.
Namun kini, derasnya arus globalisasi menjadikan aktualisasi dari pameo tersebut terseret jauh dari kehidupan masyarakat saat ini, gotong-royong menjadi asing untuk disaksikan keberadaannya saat ini. Kita perlu jujur dan tidak lagi berpura-pura menutup mata pada kenyataan hari ini, bahwa gotong royong telah menjadi budaya langka. Seolah gotong-royong menjadi mejadi “frasa kampungan” bagi sebagian masyarakat , khususnya masyarakat kota. Masyarakat kota cenderung mengandalkan dinas kebersihan untuk urusan kebersihan, atau satpam/hansip untuk urusan keamanan lingkungan. Sehingga gotong-royong hanya cocok diterapkan diwilayah perkampungan saja, sedangkan masyarakat kota tidak perlu lagi menerapkannya.
Salah satu sebabnya adalah adanya miskonsepsi dari sebuah istilah popular “modernisasi”. Istilah modernisasi sepatutnya membantu tercapainya tujuan bersama, bukan melahirkan para individualis yang hanya selalu mengedepankan ego sesaat mereka. Apakah itu ego dalam bentuk mengejar kepuasan materi, seksual dan gengsi, pastinya ketiga hal itu tidak akan pernah terpuaskan. Ibarat menyiram bara api dengan minyak tanah yang hanya akan membuat api menjadi lebih besar, seperti itulah para manusia individualis mengejar tujuan hidupnya yang tidak pernah terpuaskan. Manusia yang belajar dari pengalaman hidupnya pasti akan menemukan bahwa hidup bermasyarakat secara damai dan penuh keselarasan adalah suatu kebutuhan yang kemudian akan mendatangkan keuntungan bagi dirinya.
Memudarnya nilai gotong royong dapat terjadi apabila rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap pekerjaan tidak lagi berifat sukarela, bahkan hanya dinilai dengan materi atau uang. Sehingga jasa selalu diperhitungkan dalam bentuk keuntungan materi, akibatnya rasa kebersamaan makin lama akan semakin menipis dan penghargaan hanya dapat dinilai bagi mereka yang memiliki dan membayar dengan uang. Kondisi yang serba materi seperti saat ini telah menjadikan nilai-nilai kebersamaan yang luhur semakin luntur dan tidak lagi bernilai.
Mari kita renungi makna dan arti gotong royong ini untung mengevaluasi diri kita sendiri bahwa manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri, maka dari itu mari tetap kita lestarikan kegiatan gotong-royong dimasyarakat agar dapat mempersatukan masyarakat kita. Gotong royong adalah sebuah sarana untuk mempersatukan berbagai macam perbedaan. Karena memang persatuan dan kesatuan adalah syarat utama yang menentukan kuat atau tidaknya sebuah bangsa mampu bertahan dalam percaturan bangsa-bangsa di dunia, yang juga menentukan apakah bangsa Indonesia mampu berada di atas segala bangsa atau tidak. Berbagai macam perbedaan yang ada pada territorial suatu bangsa sepatutnya dapat disatukan melalui penyatuan visi dan misi yang berlandaskan kebenaran universal, dan hal tersebut sudah menjadi komposisi utama Pancasila.

sumber : 
http://shauziarmanis.blogspot.co.id/2015/10/gotong-royong-dahulu-dan-sekarang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar